Membuka Relung Hati
Cermati
wacana dan gambar berikut!
Beragam
cara ditempuh oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta yaitu
Allah Swt. Cara tersebutada yang melalui jalan merenung atau ber-tafakkur atau
berżikir.
Ada
pula seseorang menjadi dekat dengan Allah Swt. yang disebabkan oleh musibah
yang
menimpanya. Demikianlah Allah Swt. membuka cara atau jalan bagi manusia yang
ingin dekat dengan-Nya. Sebagai orang yang beriman, tentu saja kita harus mampu
menempuh cara apa pun agar dekat dengan Allah Swt. Kedekatan seorang hamba
dengan Tuhannya tentu saja akan mengantarkannya mendapatkan berbagai fasilitas
hidup, yaitu kesenangan dan kenikmatan yang tiada tara. Bukankah seorang anak
yang dekat dengan orang tuanya atau seorang pegawai
bawahan
dengan bosnya akan memberikan peluang atas segala kemudahan yang
akan
dicapainya.
mengingat
Allah Swt. dengan menyebut dan memuji nama-Nya. Syarat yang sangat
fundamental yang
diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui
żikir adalah
kemampuan dalam menguasai nafsu. Selanjutnya menyebut nama
Allah
Swt. (al-Asmā’u al-¦usnā) berulang-ulang di dalam hati dengan menghadirkan
rasa
rendah hati (tawa««u’) yang
disertai rasa takut karena merasakan keagungan-
Nya.
Żikir dapat
dilakukan kapan saja dan di mana saja. Berżikir
pun tidak perlu
menghitung
berapa jumlah bilangan yang harus diżikirkan, yang penting adalah żikir
harus
benar-benar menghujam di dalam kalbu.
Selain
melalui żikir, mendekatkan diri kepada Allah Swt. dapat pula dilakukan
melalui
perbuatan atau amaliah sehari-hari, yaitu dengan selalu meniatkan bahwa
yang
kita lakukan adalah semata-mata hanya karena taat mematuhi aturan main-
Nya.
Misalnya, kita berbuat baik kepada tetangga bukan karena ia baik kepada
kita,
tetapi semata-mata karena Allah Swt. menyuruh kita untuk berbuat demikian.
Kita
bersedekah bukan karena kasihan, tetapi semata-mata karena Allah Swt.
memerintahkan
kita untuk mengeluarkan sedekah membantu meringankan beban
orang
yang sedang dalam kesulitan. Hal ini mestinya dapat kita lakukan karena
bukankah
pada waktu kecil dulu kita mampu patuh melaksanakan perintah dan
nasihat
orang tua? Mengapa sekarang kita tidak sanggup patuh pada perintahperintah
Allah
Swt? Jika śalat dapat kita kerjakan karena semata-mata taat mematuhi
perintah
Allah Swt., rasanya mustahil bila kita tidak dapat bersikap demikian pada
perbuatan-perbuatan lainnya!
Aktivitas 1:
Kamu
tentu pernah mengalami sakit atau musibah baik ringan atau berat. Ceritakan
pengalamanmu
tersebut, kemudian bagaimana cara kamu menyikapi kehadiran
Allah
saat itu? Apakah Allah akan hadir dengan pertolongan-Nya, ataukah Allah akan
membiarkanmu dalam kesusahan?
Mengkritisi Sekitar Kita
Cermati
wacana berikut!
Manusia
adalah makhluk yang sering lupa dan sering berbuat kesalahan. “Al-
InsAnu mahallul khatā wa an-nisyan.” Demikian bunyi sebuah hadis yang artinya,
“manusia
itu tempatnya salah dan lupa.” Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw.
bersabda,
“Kullu Bani aadama khatta’un wa khairul khatta-uuna at-taa-ibuna.” (Setiap
keturunan
Adam as. pasti melakukan kesalahan, dan orang yang baik adalah yang
kembali
dari kesalahan/dosa).
Berdasarkan
kedua hadis tersebut, manusia memiliki sifat dan karakter yang
sering
berbuat kesalahan dan lupa. Artinya, tidak ada seorang pun yang terbebas
dari
kesalahan dan lupa. Namun demikian, tidaklah benar jika dikatakan bahwa
tidak
mengapa seseorang melakukan kesalahan dengan dalih bahwa hal tersebut
merupakan
sifat manusia.
Sebagai
seorang yang beriman, kita dituntut untuk selalu melakukan refleksi
dan
perenungan terhadap apa yang telah kita perbuat. Ketika seseorang terlanjur
melakukan
kesalahan, bersegeralah ia untuk kembali ke jalan yang benar dengan
bertaubat
dan tidak mengulanginya lagi. Demikian pula sifat lupa, ia kadang menjadi
sebuah
nikmat dan juga bencana. Lupa bisa menjadi nikmat manakala seseorang
terlupa
dengan kejadian sedih yang pernah menimpanya. Dapat dibayangkan,
betapa
sengsaranya jika seseorang tidak dapat melupakan kisah sedih yang pernah
dialaminya!
Lupa juga dapat menjadi bencana, yaitu ketika dengan lupa tersebut
mengakibatkan
kecerobohan dan kerusakan. Banyak di antara manusia karena lupa
melakukan
sesuatu mengakibatkan ia melakukan kesalahan yang dapat merugikan
dirinya
dan orang lain.
Aktivitas 2:
Kemukakan
kesalahan apa saja yang sering kamu lakukan, kemudian bagaimana
upaya
kamu agar kesalahan tersebut tidak terulang lagi! Kemukakan sebanyakbanyaknya
dengan sebenarnya!
kisah Nabi Ibrahim bisa dibaca di sini
Rangkuman
1. Al-Asmā’u
al-¦usnā
artinya adalah nama-nama yang baik dan
indah yang hanya
dimiliki oleh Allah Swt. sebagai bukti keagungan-Nya. Nama-nama Allah
Swt.
yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam
kebesaran
dan keagungan-Nya.
2. Dalam al-Asmā’u al-¦usnā terdapat
sifat-sifat Allah Swt. yang wajib dipercayai
kebenarannya dan dijadikan petunjuk jalan oleh orang yang beriman
dalam
bersikap dan berperilaku.
3.
Orang yang beriman
akan menjadikan tujuh sifat Allah Swt. dalam al-Asmā’u
al-¦usnā sebagai
pedoman hidupnya, dengan berperilaku: adil, pemaaf,
bijaksana, menjadi pemimpin yang baik, selalu berintrospeksi diri,
berbuat baik
dan berkasih sayang, bertakwa, menjaga kesucian, menjaga keselamatan
diri,
berusaha menjadi orang yang terpercaya, memberikan rasa aman pada
orang
lain, suka bersedekah, dan sebagainya.
4. Al-Kar³m
mempunyai arti Yang Mahamulia, Yang
Mahadermawan atau Yang
Maha Pemurah. Allah Mahamulia di atas segala-galanya, sehingga apabila
seluruh makhluk-Nya tidak ada satu pun yang taat kepada-Nya, tidak
akan
mengurangi sedikitpun kemuliaan-Nya.
5. al-Mu’m³n
dapat dimaknai Allah sebagai Maha Pemberi
rasa aman bagi makhluk
ciptaan-Nya dari perbuatan §alim.
Allah adalah sumber rasa aman dan keamanan dengan menjelaskan
sebabsebabnya.
6. Al-Wak³l
mempunyai arti Yang Maha Pemelihara atau
Yang Maha Terpercaya.
Allah memelihara dan menyelesaikan segala urusan yang diserahkan oleh
hamba kepada-Nya tanpa membiarkan apa pun terbengkalai.
7. Al-Mat³n
berarti bahwa Allah Mahasempurna dalam
kekuatan dan kekukuhan-
Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifat-Nya, tidak akan Allah
melemahkan
suatu sifat-Nya. Allah juga Mahakukuh dalam kekuatan-kekuatan-Nya.
8. Al-Jāmi’
berarti Allah Maha Mengumpulkan dan
mempunyai kemampuan untuk
mengumpulkan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Kemampuan
Allah SWT tersebut tentu tidak terbatas sehingga Allah mampu
mengumpulkan
segala sesuatu, baik yang serupa maupun yang berbeda, yang nyata
maupun
yang gaib, yang terjangkau oleh manusia maupun yang tidak bisa
dijangkau
oleh manusia, dan lain sebagainya.
9. Al-Adl
berarti Mahaadil. Keadilan Allah SWT
bersifat mutlak, tidak dipengaruhi
apa pun dan siapa pun. Allah Mahaadil karena Allah selalu menempatkan
sesuatu pada tempat yang semestinya, sesuai dengan keadilan-Nya yang
Mahasempurna.
10. Al-Ākhir
berarti ©at Yang Mahaakhir. Mahaakhir di sini dapat diartikan bahwa
Allah Swt. adalah ©at yang
paling kekal. Tidak ada sesuatu pun setelah-Nya.
Tatkala semua makhluk, bumi seisinya hancur lebur, Allah Swt. tetap
ada dan
kekal.
No comments:
Post a Comment